SURAT IBU MARIE LOUISE HARTZER
SURAT NO. 7
NB: Surat-surat Ibu Marie Louise kepada para susternya di daerah misi. Surat ini tidak bertanggal. Kemungkinan ditujukuan kepada para overste.
Semoga Hati Kudus Yesus dikasihi di mana-mana.
Sampaikan dengan tegas kepada para suster anda atas namaku bahwa mereka adalah religius yang baik jika mereka sungguh-sungguh bertaat, sangat perwira dan amat rendah hati. Saya titik beratkan di sini, dan berharap pula bahwa andapun membina mereka ke arah ini. Ini sangat baik jika mereka bertekun, pastilah Tuhan Yang maha baik akan memberkati dan melindungi. Dialah yang mendampingi komunitas-komunitas kami di Belgia, demikian juga di Perancis dan terlebih Dia telah melindungi kita sampai saat ini. Itulah suatu bukti ke-maha rahiman-Nya. Masih banyak lagi yang lebih menderita dari pada kita. Bahkan ada beberapa Komunitas yang lenyap untuk selamanya disebabkan oleh kekacauan revolusi. Pernah kami jumpai para religius yang dise kularisir, yaitu para biarawan biarawati yang kembali ke dalam hidup pada masyarakat ramai. Jika suster-suster dapat memandang air mata dan mendengar keluhan mereka, maka pastilah mereka akan bersikap lebih perwira dan berterimakasih pada Sang Guru yang maha baik.
Penderitaan moril dan fisik terjadi di seluruh Perancis. Betapa banyak panggilan yang “gagal”, betapa banyak jiwa yang tersesat. Betapa banyak religius yang sangat disayangkan, karena tak seorangpun yang dapat memberikan perlindungan, yang tak tahu bagaimana menegakkan kehidupan. Betapa banyak orang yang saat ini tanpa rumah tinggal, tanpa makan minum. Kecuali bila ada dermawan yang dikerahkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Memang Allah kita yang maha baik menguji kita dengan penderitaan. Memang kita layak mengalaminya. Orang bijak berpandangan bahwa taufan yang melanda Perancis ini “sangat baik”. Agar para religius yang tidak baik dapat dibedakan dari para religius yang baik. Namun memang disayangkan, bahwa bersama dengan gugurnya gandum yang jelek, gagal pula bulir gandum yang baik. Namun Tuhan kita yang maha baik mengenal mereka. Pasti mereka tidak akan diting galkan.
Banyak biarawan/wati nampak lemah kehidupan- nya di dalam biara. Sehingga kita hendaknya menyadari mengapa kiranya Sang guru yang maha baik memberikan shock tersebut. Hendaklah kita senantiasa berwaspada dan hidup sebagai religius yang sejati. Banyak kudengar dan kusaksikan sendiri bahwa banyak di antara suster-suster kita (juga di antara anda) yang terlalu banyak memperhatikan diri sendiri. Ingin agar orang lain memperhatikannya. Mengenai kesehatan dan urusan lainnya, berbagilah beban dengan sederhana, tentang apa yang dibutuhkan. Namun hendaknya masing-masing tetap berusaha melupakan dirinya, tanpa menonjolkan diri, agar orang lain memperhatikannya. Itu hanyalah kesombongan diri dan sifat akuisme. Cinta diri yang pasti amat memuakkan Hati Kudus Yesus dan bagi siapa saja.
Baru-baru juga ditulis oleh seorang Uskup dari misi, bahwa sangat penting bagi para suster misi untuk bersikap dalam ketaatan yang membuta dan keperwiraan yang mendalam. Dalam mengatasi segalanya, hendaknya jangan sampai ada suatu perlawanan atau sikap menentang ketaatan. Apabila seseorang telah berakar, tumbuh dan berkembang dalam pandangan sendiri, sehingga melebihi kehendak atasan, maka itu merupakan suatu cinta diri yang sangat besar. Terlebih akan mengakibatkan rasa suam terhadap kebaikan. Hendaknya mereka praktekkan juga apa yang tercantum dalam konstitusi : Kami akan merasa bahagia, jika orang lain melebihi kami dalam hal ilmiah dan dalam matiraga. Akan tetapi janganlah relakan apabila orang lain melebihi kami dalam bertaat dan dalam penghayatan cinta kasih. Namun ada di antara para suster yang bertaat dengan menjalankan suatu matiraga keras, umpamanya : tidak berbaju hangat, makan sedikit saja, bekerja jadi tanpa semangat dan lain sebagainya yang agak berlebihan dan menyelubungi cinta diri. Kepada Suster yang sedemikian itu saya anjurkan : Baik-baiklah berpakaian lengkap, cukuplah makan, tidurlah baik-baik dan ubahlah pandanganmu. Persembahkan kehendakmu secara utuh. Maka itu akan berkenan kepada Hati Kudus secara lipat ganda. Bertaat lebih utama dari pada persembahan. Bagi seorang Religius sejati, bertaat lebih diutamakan melebihi segala sesuatu. Ingatkah kamu akan ceritera tentang seorang Raja dalam Perjanjian Lama, yang ditolak persembahannya oleh Tuhan? (meskipun persembahan itu terdiri dari barang-barang berharga) Karena persembahan itu sangat berlawanan dengan ketaatan. Semuanya akan musnah dan tidak abadi. Juga jika kamu bekerja mengikuti kehendak pribadi tanpa menyesuaikan diri dengan kehendak atasanmu, yang adalah wakil dari Tuhan. Maka jelaslah kini bagimu bahwa oleh ketaatan, kamu akan lebih yakin dalam memenuhi kehendak Allah dari pada kamu harus bertaat pada seorang Malaikat ataupun suatu visium (penglihatan). Dengan melakukan matiraga yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, apalagi yang tidak sesuai dengan ketaatan mengakibatkan gagalnnya penghayatan panggilan yang benar. Itu merupakan jerat dari setan atau merupakan cinta diri. Ketaatan dan kerendahan hati menuntut dari kamu keadilan dalam melayani siapapun yang sedang sakit, tanpa mengistimewakan seorang dari yang lain.
Jika seorang memiliki sedikit keperwiraan saja, maka siapapun akan diterimanya dengan kehendak yang baik. Meskipun ada pribadi yang dipandang tidak menyenangkan (Justru pribadi itu memberikan kesem-patan kepada kita untuk menumbuhkan keutamaan dan rahmat) Bukankah Tuhan bersemayam pada diri fakir miskin dan orang kaya. Juga pada para pasien yang cengeng (yang disebabkan oleh penyakitnya) maupun pada pasien yang mudah dan menarik hati. Hendaknya semakin meningkatnya penyakit badani dan gangguan moril, semakin meningkat pula kerelaan Suster untuk mengusahakan kesembuhannya. Atas kebaikan Tuhan kita dan Bunda Hati Kudus, telah memilih kami untuk melaksanakan karya cinta kasih yang luhur ini. Maka jangan sampai kiranya kita melupakan satu hal yaitu : selain merawat tubuhnya, terlebih lagi adalah memper-juangkan keselamatan jiwanya. Jiwa yang telah dibayar oleh Tuhan kita dengan darah-Nya, oleh Hati-Nya bersama dengan Bunda-Nya dan segala yang dimiliki-Nya. Maka saya berharap anak-anakku terkasih, agar dengan nasihat baik ini mempersiapkan hati dengan baik, untuk menyambut hari kelahiran Sang Juru Selamat. Karena setiap perbuatan kita yang sederhana sekalipun, akan dinyatakan oleh para Malaikat yang akan mendapatkan nilai abadi. Andai ada di antara kalian yang tidak mau memperbaiki diri, walaupun sudah banyak kekurangan yang dilihat oleh yang lain, maka janganlah kiranya ragu-ragu untuk mengirimnya kembali ke Issoudun dan akan segera kukirim penggantinya. Maka dia diharap akan menemukan jalan yang benar atau dikembalikan ke negaranya. Hal tersebut bukanlah merupakan kerugian. Kami tidak perlu merasa kekurangan panggilan karena tidak dapat menemukan pengganti orang yang kurang berkehendak baik dan taat itu. Suasana pengejaran tidak akan menghentikan rahmat Tuhan. Kita memiliki sepuluh postulan yang sedang menunggu panggilan untuk datang. Walau masa depan tampak gelap, namun mereka memiliki hati yang perwira, dan memohon agar mereka diijinkan datang untuk mempersembahkan diri sebagai kurban kepada Tuhan.
Satu hal lagi yang ingin saya katakan. Layanilah dengan sungguh jika ada permintaan kebutuhan untuk para Suster, walau hanya barang yang remeh, umpama untuk menyalakan api, lampu yang tidak menyala dan lain sebagainya. Para Overste tidak mungkin dibebani dengan perkara-perkara yang sepele yang semestinya bisa dikerjakan oleh masing-masing Suster sendiri. Karena jika tidak demikian maka seluruh tenaga dan waktunya akan tersita. Sedangkan masih banyak hal yang lebih penting yang terabaikan. Katakan pada mereka, hendaknya masing-masing melaksanakan tugasnya dan mene-kuninya. Hendaknya masing-masing menjaga kese-hatannya sebagai seorang yang sudah dewasa. Jika kurang berhati-hati dalam menjaga kesehatan dan panggilan, itu menjadi tanggungjawab masing-masing. Anda tidak mungkin membimbing mereka secara mendetail. Jangan biarkan sesuatu yang berlebihan yang tidak dapat diterima seorang religius. Bukan air mata, marah-marah, atau saling mempersalahkan mengenai hal-hal kecil. Kita membutuhkan pribadi-pribadi berakal budi dan berwatak sungguh-sungguh. Sekalipun itu semua dapat disertai dengan kegembiraan dan humor.
Semakin seseorang melupakan dirinya sendiri, maka ia akan lebih menarik dan ramah terhadap yang lain. Dan semakin lebih mencoba untuk selalu menyenangkan orang lain. Saya mengganggap perlu bahwa hal-hal ini anda sampaikan kepada para Suster supaya mereka semua menjadi Putri Bunda Hati Kudus yang sejati, dan mendapat berkat dari atas. Tidak hanya untuk kami sendiri melainkan untuk seluruh Perancis agar mau bertobat.
TTDSr. Marie Louise